Selasa, 30 Oktober 2012

Ucapan Ulama' Terdahulu Tentang Akhlaq

Ucapan Ulama' Terdahulu Tentang Akhlaq


Telah berkata putra Lukman kepada ayahnya: "Ayah, hal apa yang paling baik untuk manusia? "Agama" jawab Lukman. "Kalau dua?" tanya sang anak lagi. "Agama dan harta." "Kalau tiga? "Agama, harta dan rasa malu." "Kalau empat? "Agama, harta, rasa malu dan akhlaq yang baik." "Kalau lima?" "Agama, harta, rasa malu, akhlaq yang baik dan kedermawanan." "Kalau enam?" "Wahai anakku," jawab Lukman. "Jika kelima hal tersebut terhimpun dalam diri seseorang, maka ia adalah seorang yang berhati suci, bertaqwa, kekasih Allah dan terjauhkan dari syetan."

Al-Hasan pernah berkata: "Barang siapa rusak akhlaqnya, sungguh ia telah menganiaya dirinya sendiri." Anas bin Malik berkata: "Seorang hamba dengan akhlaqnya yang baik dapat mencapai derajat yang tinggi di syurga, sedangkan ia bukanlah seorang ahli ibadah. Dan dengan akhlaqnya yang buruk dapat terhempas ke dasar paling bawah neraka Jahannam, sedangkan ia seorang ahli ibadah."

Dan telah berkata Yahya bin Mu'adz: "Dalam kelapangan akhlaq tersimpan harta karun rizqi."

Dan telah berkata Wahb bin Munabbih: "Perumpamaan seorang yang berakhlaq buruk, seperti tembikar yang pecah, tidak dapat di tambal dan tidak pula dapat di kembalikan menjadi tanah lagi."

Dan telah berkat Al-Fudhail: "Sekiranya aku di temani seorang pendosa yang baik akhlaqnya, lebih ku senangi daripada aku di temani seorang ahli ibadah yang buruk akhlaqnya."

Ibn Al-Mubarak pernah mendapat seorang teman seperjalanan yang buruk akhlaqnya. Namun ia tetap bersabar dan senantiasa berusaha mengikuti kemauan temannya itu. Dan ketika akhirnya mereka berpisah, Ibn Al-Mubarak menangis. Seseorang menanyakan hal itu kepadanya, dan diapun berkata: "Aku menangisi orang itu. Kini aku telah berpisah darinya, sedangkan akhlaqnya yang buruk masih bersamanya, tidak berpisah darinya."

Dan telah berkata Al-Junaid: "Empat hal yang mengangkat seseorang ke derajat tertinggi, meski amalan dan ilmunya hanya sedikit saja: kesantunan, tawadlu (kerendah hatian), kedermawanan dan kebaikan akhlaq. Itulah pula kesempurnaan Iman."

Dan telah berkata Al-Kinani: "Tasawwuf adalah akhlaq. Siapa saja yang mengunggulimu dalam akhlaq, maka dia mengunggulimu dalam tasawwuf."

Umar bin Khaththab, r.a. pernah berkata: "Pergaulilah manusia dengan akhlaq, dan bersainglah dengan mereka dalam amalan."

Yahya bin Mu'adz berkata: "Akhlaq yang buruk adalah kejahatan yang mengakibatkan tak bergunanya perbuatan baik walaupun banyak jumlahnya. Sedangkan akhlaq yang baik adalah kebajikan yang mengakibatkan tidak berpengaruhnya perbuatan buruk walaupun banyak jumlahnya."

Abdullah bin Abbas pernah di tanya: "Apa kemuliaan itu?" Maka ia menjawab: "Kemuliaan adalah sebagaimana di jelaskan oleh Allah dalam kitab-Nya yang agung: "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah yang paling bertaqwa di antara kamu. '(Al-Hujurat: 13)." Kemudian ia di tanya lagi: "Apa ketinggian derajat seseorang?" Jawabnya: "Yang paling baik akhlaqnya di antara kamu adalah yang paling tinggi derajatnya.

Ibn Abbas juga pernah berkata: "Setiap bangunan memiliki pondasi, dan pondasi Islam adalah akhlaq yang baik."

Dan telah berkata 'Atha': "Tak seorangpun meningkat martabatnya kecuali dengan akhlaq yang baik."

Dan tak seorangpun meraih kesempurnaan akhlaq selain Rasulullah, Al-Musthafa saw. Oleh karena itu , manusia-manusia yang paling dekat kepada beliau adalah mereka yang mengikuti jejaknya dengan akhlaq yang mulia.


(Sumber Rujukan:  Tahdzib Al-Akhlaq wa Mu'alajat Amradh Al-qulub)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar